Kebahagiaan Yang Hakiki dengan Menaati Allah dan RasulNya
Kebahagiaan Yang Hakiki dengan Menaati Allah dan RasulNya ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 24 Jumadill Awal 1442 H / 08 Januari 2021 M.
Khutbah Pertama – Kebahagiaan Yang Hakiki dengan Menaati Allah dan RasulNya
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Ummatal Islam,
Sesungguhnya kehidupan yang hakiki tiada lain adalah dengan cara menaati Allah dan Rasulullah. Tidak mungkin hati seorang hamba hidup tanpa ia mengenal Allah, tanpa ia menyahut panggilan Allah dan RasulNya. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّـهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ…
“Wahai orang-orang yang beriman, sambutlah panggilan Allah dan RasulNya apabila keduanya memanggil kalian kepada sesuatu yang menghidupkan kalian...” (QS. Al-Anfal[8]: 24)
Karena semua perintah Allah adalah merupakan kehidupan untuk hati seorang hamba, meninggalkan larangan Allah adalah sumber kehidupan hati seorang hamba. Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini dalam kitab Al-Fawaid berkata:
فالحياة الحقيقية الطيبة هي حياة من استجاب لله والرسول
“Kehidupan yang hakiki dan indah itu hanya ada pada kehidupan orang yang menyambut panggilan Allah dan RasulNya”
Allah memanggil kita untuk shalat, segera kita sambut dengan penuh kegembiraan. Allah memanggil kita untuk berhaji bagi mereka yang mampu, kita pun berusaha untuk sambut dengan penuh kegembiraan. Allah memerintahkan kita berpuasa Ramadhan, maka kita sambut dengan penuh kegembiraan, bukan dengan hati yang berat, bukan dengan hati yang seakan-akan memandang bahwa perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala hanyalah beban dalam hidup kita. Karena orang yang beriman, orang yang yakin kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia sangat yakin saudaraku, bahwasanya perintah Allah pasti maslahat untuk kehidupan seorang hamba.
Kenapa Allah melarang ini dan itu? Allah melarang riba, Allah melarang zina, Allah melarang mencuri dan berbagai macam larangan-larangan yang lainnya. Semua itu adalah untuk kehidupan hati seorang hamba, agar Si Hamba itu hidup di dunia bahagia.
Tidak mungkin Allah memerintahkan kepada sesuatu yang menyusahkan Si Hamba, tidak mungkin Allah melarang dari sesuatu yang ternyata itu manfaat untuk kehidupan seorang hamba. Maka semua yang Allah larang pastilah mudharatnya besar dan semua yang Allah perintahkan pastilah itu maslahat yang besar. Akan tetapi orang yang tidak menggunakan akalnya, yang tidak bisa menemukan hal seperti itu.
Ketika kita tidak menggunakan akal pikiran kita dan kita lebih mengikuti hawa nafsu kita dan syahwat kita, kita lebih senang untuk memaksiati Allah, kita bahkan berat untuk melaksanakan perintah-perintah Allah.
Ketika mendengar adzan untuk kita shalat حَيَّ عَلى الصَّلاةِ, hati kita berat. Karena kita memandang itu sesuatu yang memberatkan diri kita. Padahal di situlah kehidupan kita, padahal di situlah hakikat kebahagiaan hati seorang hamba.
Ummatan Islam,
Maka dari itulah, orang-orang yang memaksiati Allah, itu akibat dari pada ia tidak pernah berpikir dengan akal pikirannya yang cerdas. Bahwasanya maksiat itu hakikatnyanya menjerumuskan ia kepada berbagai macam keburukan, menarik dia kepada berbagai macam hal-hal yang pasti akan membinasakan kehidupannya.
Apakah mereka yang berbuat maksiat kepada Allah mengira dengan maksiat itu mereka akan bahagia di dunia? Jawabnya tidak! Apakah mereka yang tidak mau menjalankan perintah Allah, tidak mau shalat, apakah dengan cara itu mereka akan bahagia di dunia? Tentu tidak, demi Allah.
Sesungguhnya kita semua adalah hamba, semua kita diciptakan oleh Allah Jalla wa ‘Ala dan Allah telah mentakdirkan kita manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada Allah. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar beribadah kepadaKu saja (kata Allah).” (QS. Az-Zariyat[51]: 56)
Maka Allah menjadikan kebahagiaan seorang hamba itu letaknya ada pada ibadah kepada Allah. Letak kebahagiaan seorang hamba hanya satu, yaitu ia senantiasa dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Allah lah pemilik kebahagiaan. Kebahagiaan yang hakiki adalah kebagian hati, bukan terletak pada kedudukan atau harta benda ataupun yang lainnya.
Maka siapa pun yang tidak diberikan oleh Allah kebahagiaan, dia tidak akan pernah bahagia. Walaupun terlihat hidupnya senang, walaupun hartanya melimpah ruah, akan tetapi ketika hatinya jauh dari Allah, tidak mau mengenal Allah, tidak mau menaati Allah, dia tidak mendapatkan kebahagiaan. Yang ia rasakan adalah kepedihan demi kepedihan. Hal itu itu di dunia sebelum dalam kehidupan akhirat nanti dia akan merasakan kepedihan yang sesungguhnya. Na’udzubillah, nas’alullah as salamah wal ‘afiah.
Maka siapa di antara kita yang ingin hatinya hidup dan siapa di antara kita yang ingin mendapatkan kehidupan yang hakiki di dunia dan akhirat, tiada lain jalannya kecuali dengan menyambut panggilan Allah, menyambut panggilan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Allah dan RasulNya sangat sayang kepada kita. Allah sangat sayang kepada hambanya -kata Rasulullah- melebihi seorang ibu kepada anaknya. Bila demikian keadaannya, mungkinkah Allah menurunkan syariat yang menyusahkan kita? Demi Allah tidak mungkin, saudaraku sekalian.
Rasulullah sangat sayang kepada umatnya, sampai-sampai Allah mensifati demikian dalam Al-Qur’an:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢٨﴾
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul yang berasal dari diri kalian, yang merasa susah terhadap apa yang menimpa kalian, yang sangat semangat memberikan hidayah kepada kalian dan kepada kaum mukminin ia lembut dan kasih sayang.” (QS. At-Taubah[9]: 128)
Rasulullah sangat sayang kepada umatnya. Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak ingin memberatkan umatnya. Beliau bersabda:
لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلىَ أُمَّتِي لأَمَرْتُهُمْ باِلسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَّلاَةٍ
“Kalau bukan karena aku khawatir memberatkan umatku, aku akan perintahkan mereka bersiwak setiap kali shalat.” (HR. Bukhari Muslim)
Tapi ternyata Rasulullah tidak perintahkan karena takut memberatkan umatnya. Subhanallah..
Mungkinkah Rasulullah yang begitu sayang memerintahkan kepada umatnya sesuatu yang memberatkan mereka, menyusahkan hidup mereka, yang membuat mereka tidak bahagia? Tidak mungkin saudaraku seiman.
Sungguh kehidupan yang hakiki hanyalah dengan menaati Allah dan RasulNya, bukan mengikuti syubban dan hawa nafsu, bukan dengan mengikuti mereka-mereka yang menyeru kepada api neraka. Na’udzubillah, nas’alullah as salamah wal ‘afiah.
Maka inilah Dia Allah yang menyebutkan dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّـهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, sambutlah panggilan Allah dan RasulNya apabila keduanya memanggil kalian kepada perkara yang menghidupkan hati kalian.” (QS. Al-Anfal[8]: 24)
Maka kita berusaha mengatakan:
سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا
“Kita mendengar dan kita pun taat.” (QS. Al-Baqarah[2]: 285)
Kita tidak ingin berkata:
سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا
“Kita mendengar tapi kami tidak mau taat.” (QS. Al-Baqarah[2]: 93)
Na’udzubillah..
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم
Khutbah Kedua – Kebahagiaan Yang Hakiki dengan Menaati Allah dan RasulNya
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
Ummatal Islam,
Maka siapapun yang benar-benar menaati Allah dan RasulNya, Allah akan berikan kesempurnaan dalam hidupnya. Kata Ibnul Qayyim:
أكمل الناس حياة أكملهم استجابة لدعوة الرسول صلى الله عليه وسلم
“Manusia yang paling sempurna hidupnya adalah yang paling menyambut dakwah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
Oleh karena itulah, mereka yang senantiasa menaati Allah, menaati RasulNya, Allah berikan -yang pertama- kebahagiaan hatinya, hidupnya tenang dan tentram, diberikan oleh Allah kesabaran ketika menghadapi ujian dan cobaan. Ia pun senantiasa tawakal yang dengan tawakalnya itulah memberikan kepada dia ketentraman batin dalam hidupnya. Ia senantiasa mencintai Allah dan cintanya pun karena Allah. Maka bagaimana mungkin orang seperti ini akan binasa hidupnya dalam kehidupan dunia? Sementara Allah lah yang akan menjamin hidupnya.
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّـهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّـهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ﴿٣﴾
“Siapa yang bertawakal kepada Allah, Allah akan mencukupinya…” (QS. At-Talaq[65]: 3)
Mana mungkin orang seperti ini akan disia-siakan hidupnya oleh Allah? Sementara ia senantiasa meminta dan berdoa kepadaNya, sementara Allah tidak mungkin pelit kepada hamba-hambaNya. Pasti Allah akan sangat cinta kepada hamba yang banyak meminta kepadaNya.
Maka dari itulah saudaraku, sadarilah bahwa kita ini hamba Allah, kita ini makhluk Allah, maka kebahagiaan kita hanya terletak kepada mengenal Allah dan menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات
اللهم ارفع هذا الوباء يا رب العالمين
اللهم انصر المسلمين في كل مكان يا رب العالمين
اللهم اشف مرضى المسلمين شفاء لا يغادر سقما
اللهم تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
اَللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Download mp3 Kebahagiaan Yang Hakiki dengan Menaati Allah dan RasulNya
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Kebahagiaan Yang Hakiki dengan Menaati Allah dan RasulNya” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49608-kebahagiaan-yang-hakiki-dengan-menaati-allah-dan-rasulnya/